Skip navigation

Monthly Archives: March 2009

Berdasarkan ulasan singkat pada http://kuliahbersama.com/hati-nurani.html, saya ingin memberikan pendapat tentang hati nurani.
Hati nurani merupakan salah satu bagian dalam diri manusia yang tidak dapat terpisahkan. Hati nurani merupakan salah satu ”otak” dalam pengambilan keputusan selain logika manusia. Selain itu hati nurani juga memberikan penilaian terhadap perbuatan dan keputusan seseorang. Pada umumnya hati nurani dalam memberikan petimbangan terhadap tindakan atau keputusan seseorang juga disertai tanggung jawab atas tidakan atau keputusan yang dilakukan orang tersebut. Setiap pertimbangan yang kita miliki dalam melakukan atau memutuskan sesuatu selalu dipengaruhi oleh logika dan hati nurani. Namun ada kalanya logika manusia tidak dapat memberikan keputusan terbaik, disinilah hati nurani memegang kendali atas keputusan kita.
Hati nurani memiliki fungsi sebagai ”juri” atas diri kita sebagai manusia. Hati nurani akan terus memberikan penilaian terhadap perbuatan, keputusan, dan cara hidup kita. Hati nurani yang dimiliki seseorang tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan sekitar orang tersebut. Secara tidak langsung kualitas hati nurani seseorang dipengaruhi oleh lingkungannya. Dari lingkungan orang tersebut akan terbentuk nilai-nilai moral dan tanggung jawab yang akan menjadi sumber ”pengetahuan” bagi hati nurani. Pengaruh tersebut dapat berasal dari keluarga, teman, pergaulan, budaya, agama, dan tradi. Jika seseorang hidup dalam lingkungan yang baik maka hati nurani yang terbentuk akan memiliki kualitas yang baik dan sebaliknya.
Hati nurani seseorang tidak berbeda dengan otak yang harus diberi pengetahuan agar dapat memiliki pengetahuan yang luas. Hati nurani memerlukan suatu pendidikan agar dapat menjadi sebuah ”alat” yang berkualitas bagi seseorag. Hati nurani perlu diasah agar dapat memberikan penilaian terhadap suatu tindakan dan keputusan yang baik atau buruk. Seseorang dapat mengasah hati nuraninnya dengan cara melakukan tindakan atau membuat keputusan dengan mengikuti hati nuraninya. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik sesuai dengan nilai-nilai moral yang hidup dalam masyarakat dan dengan bimbingan rohani.
Jadi, kita sebagi manusia dan sebagai pemilik hati nurani perlu mengasah hati nurani yang kita miliki agar tidak tumpul. Hati nurani merupakan suatu karunia yang harus kita pelihara dan kembangkan sehingga dapat memberi manfaat bagi hidup kita.
Diharapkan hati nurani kita dapat menjadi pembimbing yang baik bagi kita dalam menjalani kehidupan ini.

Pada kesempatan kali ini saya akan mengulas keterkaitan antara hati nurani dengan etika kerja. Seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai manusia tentu tidak akan pernah lepas dari hati nurani. Dalam ajaran agama, hati nurani merupakan tahta tertinggi Allah dalam diri kita dan tempat dimana Allah berkomunikasi dengan kita. Dalam setiap tindakan yang akan atau telah kita lakukan, hati nurani akan memberikan penilaian dan membimbing kita dalam membuat suatu keputusan. Hati nurani akan terus berkaitan dalam segala aspek kehidupan kita termasuk ketika kita bekrja atau menjalankan profesi kita.
Etika kerja tidak akan pernah lepas dari hati nurani. Dalam menjalani profesi kita apapun bidang profesi dan jabatan kita, hati nurani tetap akan terus bekerja untuk membimbing kita kepada suatu keputusan atau pemilihan yang baik. Ketika seseorang bekerja dengan mengikuti apa kata hati nuraninya, maka orang tersebut sudah menjalankan etika profesinya sebab dalam etika terkandung nilai-nilai sikap dan moral yang baik dan hati nurani menjadi jembatan bagi setiap orang untuk melaksanakan etika profesinya. Sebagai contoh seorang dokter, jika kita melihat dari pekerjaannya menjadi sarana penyembuhan bagi orang yang sakit tentunya dokter membutuhkan orang-orang yang sakit untuk memperoleh penghasilan. Semakin banyak orang sakit yang berobat padanya maka semakin besar pendapatannya. Namun dokter sendiri memiliki etika kerja yaitu berupa kode etik kedokteran, sehingga dalam prakteknya doktor dituntut harus mengikuti hati nuraninya untuk menolong pasien yang sakit. Ketika seorang dokter menolong pasien tentunya dia mengikuti hati nuraninya untuk menjadi dokter yang profesional sebagai perantara kesembuhan bagi pasiennya. Jika seorang dokter tidak memiliki hati nurani, maka bisa saja dia akan menolong pasien tersebut secara setengah-setengah atau tidak totalitas dan tentunya jika pasien tersebut tidak sembuh secara tuntas dan kembali berobat padanya maka dokter tersebut akan memperoleh pendapatan yang besar dari seorang pasien. Dari ilustrasi diatas maka kita dapat berkata bahwa apapun profesi kita dan posisi kita dalam suatu pekerjaan sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengikuti hati nurani kita dan menjalankan etika kerja sesuai dengan profesi kita masing-masing sehingga kita tidak hanya memperoleh kepuasan materi tetapi juga kepuasan batin.
Etika kerja merupakan suatu bentuk nyata dari hati nurani yang benar. Dalam etika kerja terkandung nilai-nilai sikap dan moral yang bersumber pada hati nurani manusia. Ketika kita menjalani etika kerja tersebut dengan sebaik-baiknya maka secara tidak langsung kita telah mengikuti kebenaran hati nurani kita sebagai seorang profesional. Jadi apapun pekerjaan, posisi, atau bahkan kondisi pekerjaan kita, hal yang paling utama dan terutama untuk selalu menjadi pedoman yaitu hati nurani kita sendiri karena dengan hati nurani yang baik kita dapat tumbuh berkembang dalam profesi kita dan hati nurani tidak pernah menjerumuskan seseorang kedalam suatu perbuatan yang tidak baik. Sehingga ketika kita dalam menjalankan profesi terus berpegang pada hati nurani yang benar, maka kita telah menjalankan etika dalam pekerjaan yang kita tekuni.